Wednesday, May 21, 2008

Pesta Bolon Marpariama

20 Mei 2008, bertepatan dengan peringatan 100 tahun (1 abad) kebangkitan nasional, Harungguan Sinaga, Boru pakon Panagolan (HSBP) Jabodetabek menggelar acara PESTA BOLON MARPARIAMA. Tema "Mengucap Syukur dan Berterimakasih" diambil untuk acara kali ini. Mudah disimpulkan bahwa pemilihan tema tersebut dilatari oleh kesadaran panitia bahwa kelompok marga Sinaga dari suku Simalungun yang menjadi anggota dari organisasi ini, adalah bagian dari masyarakat kelas bawah bangsa ini yang kondisinya semakin kritis, sehingga dibutuhkan kata sakti yang bisa mengangkat semangat agar tidak jatuh kedalam keputusasaan. Seperti yang diharapkan oleh Ustad H. Budiman Sinaga dan Pdt. Jahenos Purba Siboro saat memberi kata sambutan.


Pesta Bolon Marpariama itu sendiri, selanjutnya disebut PBM, adalah judul salah satu lagu karya St. A.K. Saragih yang terdapat dalam buku doding (nyanyian) Haleluya, buku nyanyian GKPS. Tepatnya nyanyian nomor 488.

PBM ini merupakan acara kedua yang digelar oleh HSBP. Acara pertama, tahun 2006 diberi tajuk Pesta Bona Taun Harungguan Sinaga Boru pakon Panagolan, dilangsungkan untuk mensyahkan kepengurusan HSBP periode 2006-2008.

Acara diawali dengan prosesi penyambutan pengurus HSBP oleh seluruh undangan, dilanjutkan dengan penyambutan rombongan anggota dari kepengurusan wilayah, antara lain: wilayah Jakarta Utara, wilayah Jakarta Timur, wilayah Jakarta Pusat yang digabungkan dengan Jakarta Selatan, wilayah Jakarta Barat yang diketuai oleh Bp. Raidim Sinaga, wilayah Bekasi yang diketuai oleh St. Irwan Sinaga serta wilayah Depok yang diketuai oleh Sy. Herman F. Sinaga.


Prosesi penyambutan rombongan kepengurusan wilayah ini menarik karena setiap rombongan diwajibkan membawa "pohon duit" masing-masing, dimana ada tawar menawar tampilan pohon antara rombongan penerima tamu dan rombongan tamu itu sendiri. Rombongan tamu baru diterima bila pohonnya terlihat "ramos" (bahasa Simalungun yang artinya pohon yang dipenuhi oleh buah). Kedatangan tamu ini disambut dengan tari-tarian. Entah ini mendidik atau tidak, tapi pola ini mengikuti prosesi adat "Mangalo-alo Tondong" (mangalo-alo = menyambut, Tondong = kelompok orang yang dihormati sebagai raja). Prosesi ini juga diwarnai dengan "menyogok pemain musik", dimana pemain musik tidak mau memainkan lagu-lagu yang riang, atau menyanyikan lagu-lagu riang tapi dengan permainan yang sangat tidak enak untuk didengar apalagi untuk "itortorhon" (ditarikan). Mau-tidak-mau, rombongan tamu harus menyetor "oleh-oleh" kepada pemain musik supaya bisa manortor dengan enak.

Beberapa foto acara dapat dilihat di http://www.flickr.com/photos/julvanal/